Kamis, 03 Februari 2011

Gangguan pendengaran karena usia lanjut

Secara alamiah organ pendengaran akan mengalami kemunduran seiring dengan bertambahnya usia. Pada umumnya seseorang akan mengalami penurunan pendengaran mulai usia 60 tahun. Progesifitas penurunan pendengaran ini dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin, dimana laki-laki lebih cepat mengalami gangguan pendengaran dibanding wanita.

Dewasa ini gangguan pendengaran karena usia lanjut (presbiakusis) dapat terjadi pada usia yang lebih muda yakni mulai usia 50 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempercepat terjadinya gangguan ini yaitu: faktor genetik (keturunan), adanya penyakit metabolik seperti kencing manis (diabetes melitus), penyakit jantung, hipertensi serta adanya paparan oleh bising dan stres.

Pada umumnya berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan progesif pada kedua telinga (simetris) merupakan keluhan utama dari gangguan ini, namun demikian dapat juga disertai oleh keluhan lainnya seperti telinga berdenging (tinitus) dan sulit memahami percakapan pada suasana lingkungan yang ramai/bising.

Diagnosis pasti penyakit ini adalah berdasarkan pemeriksaan audiometri (audiometri nada murni dan audiometri tutur), yaitu pemeriksaan dengan menggunakan suatu alat audiometer. Dari pemeriksaan audiometri nada murni diketahui penurunan ambang pendengaran terutama pada frekuensi tinggi, namun pada tahap lanjut juga dapat terjadi pada frekuensi yang lebih rendah dan adanya gangguan pemahaman bicara (speech discrimination).

Upaya mengembalikan fungsi pendengaran dilakukan dengan pemasangan alat yang disebut sebagai alat bantu dengar (ABD).Pemasangan ABD ini dapat juga disertai dengan latih membaca ujaran (speech reading) dan latihan mendengar (auditory training) agar hasilnya lebih memuaskan. Upaya pencegahan terhadap penyakit ini sampai saat ini masih kontroversi, tetapi beberapa peneltian menunjukkan diet rendah kolesterol, pemberian antioksidan serta pola hidup yang bebas dari suasana bising dan stress dapat membantu dalam pencegahan penyakit ini.


dr. Suprapto Wibowo, SpTHT-KL